Oleh RACHMA INDAH KURNIA
Saat mengisi kuliah umum “Menuju BUMN sebagai Perusahaan Dunia” di ITB, Menteri BUMN, Dahlan Iskan, mengatakan bahwa sampai kapan pun Indonesia akan mengalami konflik politik dan ekonomi yang terus berulang berkait dengan kenaikan BBM. Pemerintah harus segera diambil langkah cepat untuk mengatasinya.
Dari penyataan tersebut, jelas bahwa ketergantungan terhadap kebutuhan BBM sangatlah tinggi. Tidaklah mengherankan, jika setiap terjadi pengurangan subsidi yang menyebabkan kenaikan harga BBM di pasaran maka dapat dipastikan terjadi gejolak dalam masyarakat. Bentuknya bermacam-macam, ada yang melakukan demonstrasi seperti yang dilakukan buruh, mahasiswa, dan masyarakat, aksi protes dengan mogok makan, mengubur diri, sampai dengan aksi-aksi yang sifatnya simpatik. Sayangnya, sebagian aksi demonstrasi cenderung mengarah kepada tindakan merusak. Bahkan ada ancaman untuk melakukan revolusi besar-besaran jika BBM jadi dinaikkan. Gejolak yang terjadi dalam masyarakat ini sangat berpotensi untuk memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.
Jika konflik politik dan konflik ekonomi telah berubah menjadi konflik sosial, tentu negara dalam keadaan gawat. Setidaknya ada empat potensi konflik akibat dari kenaikan harga BBM. Pertama, potensi perpecahan antara masyarakat golongan menengah atas dan menengah bawah. Hal itu disebabkan sebagian besar subsidi BBM tidak tepat sasaran. Subsidi BBM lebih banyak dinikmati oleh golongan menengah ke atas. Hal ini diungkapkan oleh P2EB FEB-UGM yang bekerja sama The Economy and Environmental Programs for South East Asia (EEPSEA), Kanada, yang telah melakukan penelitian dalam kurun waktu selama enam bulan mulai dari September 2011 sampai Februari 2012. Dengan kenyataan yang ini, maka masyarakat menengah ke bawah akan selalu merasa mereka sebagai korban kebijakan, sedangkan yang menikmati justru golongan atas. Kedua, potensi konflik antarpolitisi. Konflik itu sering memicu dampak negatif yang lebih besar. Ketika para politisi menyampaikan pendapat di media, maka politisi lain yang tidak sependapat akan saling berbalas “pantun”. Hal itu akan menambah lagi kebingungan dalam masyarakat sehingga lama kelamaan mereka akan jengah dan apatis dengan apa yang terjadi di negara ini. Ketiga, konflik antara aparat pemerintah (polisi) dengan masyarakat yang tidak setuju dengan kenaikan harga BBM, Terjadinya demonstrasi yang anarkis di kalangan mahasiswa, buruh, dan masyarakat menjadi hal yang sangat memprihatinkan. Betapa sedihnya ketika melihat saling pukul dan saling serang di antara anak bangsa. Keempat, semakin maraknya aksi kriminal yang meresahkan masyarakat berupa penimbunan BBM, pencurian, dan perampokan. Jika dibiarkan akan menimbulkan keresahan dan konflik yang meluas sehingga dapat berpotensi menjadi perpecahan dalam diri dalam bangsa Indonesia. Inilah gambaran yang harus menjadi perhatian pemerintah sebelum mengambil kebijakan kenaikan BBM.
Berbagai solusi tentang BBM telah dilontarkan, baik oleh para praktisi maupun politisi. tetapi tetap saja permasalahan ini berulang. Hal itu karena solusi yang ditawarkan adalah solusi jangka pendek untuk mengindari potensi chaos akibat kebijakan kenaikan harga, misalnya pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT). Penting bagi pemerintah untuk mencari akar dari permasalahan yang ada sebagai solusi jangka panjang. Salah satu akar permasalahan yaitu pemikiran bahwa kebutuhan masyarakat akan energi selalu ditentukan oleh pemerintah, dalam hal ini Pertamina. Masyarakat belum disadarkan untuk mendapatkan bahan bakar hanya bergantung sepenuhnya kepada pemerintah. Masyarakat harus mandiri menghasilkan energi bagi kebutuhan keluarga sehingga ketergantungan masyarakat pada pemerintah berkait dengan masalah energi dapat dikurangi.
Program Si Maman
Si Maman merupakan akronim dari Solusi Masyarakat Mandiri Energi. Masyarakat disadarkan tentang pentingnya kemandirian dalam bidang energi dengan memanfaatkan bahan baku yang ada di sekitar menjadi bahan bakar alternatif khusus untuk kebutuhan rumah tangga. Program Si Maman dapat menjadi salah satu solusi atas ketergantungan Indonesia terhadap BBM. Energi alternatif yang ditawarkan pada program ini dapat berupa biogas yang bahan bakunya dapat diperoleh dari limbah organik (kotoran hewan dan manusia). Menurut www.metronews.com, pejabat Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), M. Arif Yudiarto, menyatakan potensi energi alternatif biogas di Indonesia cukup tinggi. Namun, itu sulit berkembang karena pemerintah kurang gencar menyosialisasikan kepada masyarakat.
Dalam program Si Maman ini masyarakat dapat menjadikan bahan baku berupa kotoran manusia (tinja), sapi, kambing, maupun ayam menjadi bahan bakar alternatif. Dengan bahan baku yang melimpah, proses yang cukup mudah dan dan biaya yang murah masyarakat dapat memenuhi kebutuhan energi dalam skala rumah tangga. Menurut hasil penelitian dari BPPT tahun 2011, biogas dari kotoran hewan dan manusia ini potensial untuk memenuhi kebutuhan memasak dalam skala rumah tangga. Jika ditambah dengan kemampuan modifikasi dan kreativitas, masyarakat dapat memanfaatkan biogas sebagai sumber energi listrik juga.
Program itu tidaklah muluk-muluk untuk dilakukan, hal itu terbukti dari sudah adanya beberapa daerah di Indonesia yang memanfaatkan biogas ini walaupun jumlahnya masih sedikit. Di antaranya warga Desa Warga di Nagari Kasang, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat yang menjadikan kotoran sapi sebagai biogas sehingga dapat menggantikan kebutuhan minyak beberapa keluarga di desa tersebut. Kehebatan lainnya, limbah dari biogas ini dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. sehingga selain menghemat pengeluaran, hasil panen mereka meningkat dua kali lipat dari pada sebelumnya (www.vivanews.com). Lain halnya dengan warga Kelurahan Balu Werti, Kediri, Jawa Timur. wilayah kumuh dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi yang sebagian besar warganya tidak memiliki kamar mandi didalam rumah ini memanfaatkan sanitasi masyarakat dan mengolahnya menjadi biogas yang kualitasnya bahkan tidak kalah dari kualitas gas elpiji.
Muatan Edukasi Si Maman
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan perlu memasukkan program Si Maman ke dalam muatan kurikulum misalnya pelajaran Fisika, Biologi, dan Pendidikan Lingkungan Hidup. Dengan menanamkan kemandirian energi sejak dini, masyarakat dapat mengembangkan energi alternatif dengan pengetahuan yang dikuasai.
Jika program Si Maman dapat disosialisaikan dan dilaksanakan dengan baik, bukan mustahil Indonesia akan menjadi salah satu negara dengan kemandirian energi yang memadai. Kesejahteraan masyarakat akan semakin meningkat karena negara dapat mengalokasi penghematan itu untuk membangun infrastruktur yang masih jauh dari memadai. Pada Hari Raya Nyepi, terbukti masyarakat dapat menghemat 3.000 kiloliter BBM bersubsidi dalam satu hari atau setara dengan Rp 4 miliar di daerah Bali, maka bisa dibayangkan besar penghematan yang bisa dilakukan. Semoga dengan masyarakat mandiri energi, efek domino dari kenaikan BBM yang dapat berujung pada perpecahan bangsa dapat diminimalkan. Dengan demikian, generasi muda lebih siap dalam menghadapi krisis energi tanpa konflik.
0 komentar:
Posting Komentar